Header Ads

Kisah Pakcik Devianto Tentang MMQ Jet Tempur Batam

Sabtu malam ahad 28 Januari 2017 saya berkesempatan bertemu Pakcik Devianto, beliau adalah mantan ketua dewan harian MMQ Jet Tempur masa bakti tahun 2004 s/d 2006. Saya berhasil menemui beliau di salah satu tempat usaha kuliner teh tariknya di depan Masjid Darussalam Genta Batu Aji Batam. Pria yang biasa dipanggil ala Melayu dengan sebutan”Pakcik” inipun welcome sekali dengan kehadiran saya saat itu.

Setelah berkenalan singkat kamipun duduk-duduk santai dilapak dagangan beliau sambil memperbincangkan prihal MMQ. Kami saling bertukar informasi tentang MMQ. Beliau menanyakan kabar MMQ sekarang, sedang saya menanyakan tentang MMQ periode awal. Gayungpun bersambut hehe..!

Pakcik Devianto (sumber gambar: Pakcik Devianto WA)


Setelah saya menceritakan keadaan MMQ sekarang, maka berikutnya pria yang juga mantan karyawan AIT(Unisem) Mukakuning tahun 1998 s/d 2013 inipun menceritakan prihal MMQ saat beliau bergabung dan menjabat ketua dewan harian saat itu. Beliau tidak bisa menceritakan MMQ dari awal berdirinya, karena beliau termasuk angkatan kedua dan bergabung dengan MMQ saat MMQ sudah ada di kampung Selayang, karena beliau sendiri bergabung dengan MMQ diajak oleh kawannya, Mas Aidil yang sama-sama dari PT.AIT yang juga mantan ketua dewan harian sebelum beliau.

Pakcik Devianto menceritakan bahwa MMQ pada saat awal-awal di Kampung Selayang masih bertempat di Masjid Muhajirin, yang saat itu kondisinya masih sangat sederhana dan boleh dibilang reot yang kadang-kadang bocor disana-sininya, kenang beliau saat itu. Pria berdarah Padang yang lahir dan besar di Medan yang sampai sekarang dikarunia tiga anak inipun mengatakan bahwa di masa beliaulah MMQ mulai melakukan penyempurnaan-penyempurnaan, baik dari segi fasilitas, administrasi juga legalisasi.

Dari segi fasilitas dengan mulai dibangunnya bangunan madrsah yang di atas, dari segi administrasi diadakanlah pemisahan dan penyempurnaan struktur kepengurusan layaknya model di kampus, yaitu untuk kepengurusan santri sendiri, kepengurusan ustadz sendiri, kepengurusan yayasan sendiri dan kepengurusan lainnya.

Dan pada masa itulah mulai diurusnya yayasan untuk menaungi madrasah ini dengan nama Yayasan Murottilil Qur-an dan beliaupun didapuk sebagai ketuanya saat itu, yang mana tujuan dibentuknya yayasan tersebut bertujuan untuk permohonan mendapatkan tanah ke instansi terkait dalam hal ini adalah BP kawasan(Otorita Batam). Walaupun kemudian hari beliau tidak aktif lagi di yayasan karena sudah tinggal di luar Mukakuning ini. Yang mana dikemudian hari yayasan ini secara operasional dimotori oleh Ustadz Miftahu Huda.

Pakcik Devianto mengatakan juga, berdirinya MMQ ini selain atas kontribusi dari Pak Mukhlisin dan dewan asatidz, warga sekitar juga sangat berjasa atas berdirinya MMQ ini yang didukung oleh tokoh masyarakatnya saat itu, seperti Pak Zaid, bang Udin dan lainnya.

Di akhir perbincangan kami, Pakcik Devianto tidak lupa memberi masukkan kepada pengurus yang sekarang, yang antara lain supaya MMQ mencari “ Mesin Uang” dalam arti mencari sumber pemasukkan selain iuran santri demi memperlancar operasional MMQ saat ini, karena seperti diketahui kondisi Mukakuning sekarang sedang sepi yang berimbas pada berkurangnya jumlah santri. Mantan Ketua Dewan Harian MMQ yang juga punya Yayasan Pendidikian Insan Cendikia disekitar tempat tinggalnya di Perum Padjajaran Batu Aji ini mengatakan bahwa Mukakuning tak seramai dulu, jadi MMQ kalau bisa tidak hanya mengandalkan iuran santri saja, MMQ harus mencari sumber dana lainnya seperti dengan menguatkan usahanya seperti adanya badan usaha atau seperti Kopontren yang sudah ada dan usaha-usaha lainnya.

Selain itu juga bisa mencari donatur, baik perorangan atau instansi pemerintah, tetapi Pakcik Devianto ini juga paham bahwa MMQ tidak pernah mendekati pemerintah dari dulu, dan kedepannya bisa di coba, karena hal sepert itu tidak masalah karena di pemerintah ada alokasi dana yang disebut Bansos, tetapi ini kembali pada kebijakan MMQ sendiri.

Berikutnya adalah menempatkan para santri MMQ yang mumpuni dan juga para asatidz dari Lirboyo untuk ditempatkan di masjid-masjid perumahan untuk mengajar kitab Jet Tempur disana dengan tetap kendali dan pengawasan berada di Selayang sehingga diharapkan kitab Jet Tempur akan lebih dikenal diluar yang secara otomatis akan lebih dikenal dan kemungkinan akan ada manfaat tambahnnya seperti kitab Jet Tempur bisa terpakai sehingga ada sedikit pemasukan dana walaupun tidak banyak, selain itu InsyaAlloh akan ada donatur-donatur baru yang akan menyumbang karena MMQ sudah dikenal diluar.

Pakcik Devianto bersama anak-anaknya ( sumber gambar: Pakcik Devianto fb)


Pengusaha kuliner yang juga pernah menjadi Ketua RMKIB tahun 2007/2008 ini mengaharapkan kalau semua itu tercapai, Wallohua’lam santri bisa belajar secara gratis nantinya. Semoga!

Perbincangan kami malam tidak hanya berkutat tentang serba serbi MMQ saja, tetapi membincangkan tentang banyak hal termasuk peluang bisnis juga, maklum beliau adalah pengusaha kuliner yang berhasil dan mempunyai bebarapa cabang di Batam ini. Karena menariknya perbincangan kami tak terasa dua jam sudah kami ngobrol, karena dagangannya makin ramai dengan pembeli, maka sayapun pamit undur diri dengan harapan semoga bisa bertemu kembali dikesempatan depan.

Demikian sedikit yang dapat saya ceritakan tentang pertemuan saya dengan salah satu mantan ketua dewan harian MMQ tahun 2004 s/d 2006, semoga bermanfaat.



Wassalam



Batam, 28 Januari 2017

3 komentar:

  1. kemaren jumpa sama beliau...
    sedang mengikuti kursus Autocad juga tuh di Duta Mas. hehe

    BalasHapus
  2. Beliau orangnya sangat welcome banget.

    Btw saya juga pingin ketemu pak Aidil juga. Tapi belum terlaksana.

    Trims dah mampir kang..

    BalasHapus
  3. Beliau orangnya sangat welcome banget.

    Btw saya juga pingin ketemu pak Aidil juga. Tapi belum terlaksana.

    Trims dah mampir kang..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.