Header Ads

Terima Kasih atas Kunjunganmu Teman

Batam, 28 Agustus 2011

Hari itu saya pulang kerja sekitar jam tujuh malam, atau sebelum isya, karena waktu isya di sini sekitar setengah delapan malam. Seperti biasa istri saya yang tercinta selalu menyambut saya dengan suka cita dan juga harap-harap cemas, maklum keseharian saya selalu naik motor kalau berangkat atau pulang kerja, ya motor Legenda tua saya yg saya beli tahun 2005 sebagai kawan setia saya kemanapun saya pergi, dan sampai sejauh ini.

Ya, menunggu dengan harap-harap cemas karena saya adalah salah satu pengendara motor, diantara ribuan warga di pulau kecil ini, yang sama-sama menggunakan moda transportasi yang sejenis atau lainnya. Karena budaya warga Batam ini dalam mengendarai kendaraan sungguh jauh dari kata santun seperti daerah daerah lainnya di Indonesia, karena mereka banyak yang suka kebut kebutan dan seperti dikejar kejar maling, karena mungkin di benak mereka adalah kerja-kerja, uang uang, cepat dan semua harus cepat. Tentunya dalam hal ini saya tidak termasuk didalamnya hehe!.

Tak jarang saya menemui di sepenjang jalan yang saya lalui selalu saja ada kecelakaan , baik kecelakaan bersekala kecil hingga yang bersekala besar, hingga ada korban jiwa, angkot terbalik di jalur hijau, atau pengemudi saling bertekak(berdebat). Alhamdulillah kejadian-kejadian seperti itu tak pernah menimpa saya dan semoga jangan sampai terjadi pada diri saya di negeri Segantang Lada ini, karena sudah banyak korban yang bergelimpangan hanya karena kecelakaan-kecalakaan yang tak seharusnya terjadi, bahkan ada yang bilang “ jalanan Batam lebih Kejam dari pada perang Bosnia” ngeri bukan..?.

Dan kecemasan istri saya menjadi berlebih karena dia sekarang sedang mengandung anak pertama kami, yang Alhamdulillah sekarang sedang berumur 8 bulan saat ini(28 Agustus 2011), dan kami bersyukur dengan karunia-Nya dengan anugerah ini dan kami berusaha menjaga sebaik-baiknya amanah ini layaknya keluarga-keluarga lainnya.

Kawan kawan yang budiman, bukannya saya mau menceritakan tentang tata tertib berlalu lintas atau tentang kandungan istri saya, tetapi disini saya hanya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang jasa motor Legenda saya malam ini he..he...

Penulis bersama motor legendanya yang legedaris( gambar diambil tahun 2008)


Selepas mandi dan membersihkan badan ,sayapun langsung bergegas menuju masjid di bawah yang tidak jauh dari tempat tinggal kami, masjid ada di bawah karena sampai saat ini kami tinggal di Rusun(Rumah Susun), sampai cerita ini saya tulis kami masih belum ada rumah sesungguhnya, karena masih sewa di sini he..he..he..

Selesai sholat isya saya langsung pulang dan seperti biasa menyalakan Tv, dan bercengkrama dengan istri saya yang tercinta dan juga makan malam bersama, tetapi malam itu belum sempat saya makan malam, handphone Nokia 1100i saya berdering minta diangkat, pertanda ada orang telpon diseberang sana

“ Niki Ma’es nggih?” tanya seseorang diseberang dengan bahasa jawa timuran dengan sedikit logat melayu, yang suaranya saya agak lupa-lupa ingat karena yang muncul adalah beberapa nomer yang tiada tertera nama di dalamnya.

“ Nggih leres, meniko sinten ?” tanya saya balik.

“ Iki Didik Es..!, Didik Kurniawan” jawab yang di seberang. 

Sayapun berpikir sejenak ini kira-kira ini Didik siapa, karena saya punya kawan dengan nama Didik Kurniawan ada 3 orang. 

“ Meniko Didik Sinten, Didik Mojowarno nopo Didik Kedung Papar..?” tanya saya memastikan.

“ Iyo iyo aku Didik banyak , Kedung papar” jawab Didik dengan lugas.

“ Awakmu nang endhi sak iki bro..?” tanya saya.

“Aku nang Batam sak iki, nang Nagoya” tambah Didik. 

“Wah nang Batam Yo…?, ketemuan kita malam ini?” tanya saya.

“Ora kebengen ta awakmu?” Tanya Didik di seberang telpon.

“Ora Dik, masio bengi , Batam iki rame opo maneh Nagoya, Nagoya sebelah endhi koen?” Tanya saya memastikan.

“Nang Hotel Lovina inn cedak Nagoya Hill” jawab Didik Banyak( panggilan khas Didik saat masih SMP, Banyak = angsa).

“ Yo wis entenono nang kunu, paling sekitar 15 menit aku nyampek kunu” jawab saya. Dan telepon pun kami tutup.

Ya Didik Banyak, kawan saya waktu di SMP sekarang ada di Batam dan kami akan bertemu malam ini, dan saya pun senang sekali karena akan bertemu dengan kawan lama, kawan saya di SMP Negeri Sumobito yang hampir 15 tahun belum pernah bertemu satu sama lainnya, semenjak kami sama-sama lulus tahun 1996 saat itu, dan baru-baru ini saja kami saling kontak karena sama-sama bertemu di media sosial facebook dan saling berbagi kabar satu sama lain saat saat chatting. Dan saya tahu dia sekarang sebagai seorang pelaut yang sukses dari profil yang saya lihat dan cerita-ceritanya di media ini, yang sering kami komen satu sama lain, dan dia dapat nomer hp saya mungkin juga dari media ini.

Dan malam ini kami akan kopi darat, langsung ketemu.

“Siapa Yah?” Tanya istri saya singkat.

“kawan SMP, seorang pelaut, mau ketemuan di Nagoya malam ini” jawab saya.

“Tidak makan dulu Ayah, kan baru pulang kerja?” bujuk istri saya.

“Nanti saja malam-malam, ini adalah momen langka dan berharga, mama makan saja dulu tak usah 

menunggu ayah,  kalau ayah belum pulang, tidur saja duluan” pesan saya pada istri, dan istri saya pun mengangguk pertanda setuju.


Saya ambil jaket hitam, helem dan kunci motor saya, jam Sembilan malam itu saya langsung keluar rumah setelah berpamitan dengan istri, turun untuk mengambil motor Legenda yang sudah Combat(tua), dengan sekali stater sayapun meninggalkan rumah dan meluncur ke Nagoya. Kenapa harus ke Nagoya, kok tidak ke Nongsa atau ke Batam centre saja ? yang notabene Batam centre adalah pusat pemerintahan Pulau Batam ini. Tetapi untuk keramaian, Nagoya lah tempatnya, karena tempat ini adalah pusat perbelanjaan, baik barang elektronik, tas baju dan kehidupan malam lainnya. Sehingga daerah ini lah yang paling banyak dituju para turis Luar Negeri baik Singapore, Korea,dan lainnya, yang biasanya kesini untuk belanja.

Dan kenapa disebut Nagoya ? saya juga belum tahu ,padahal Nagoya adalah sebuah nama kota di Jepang sana …he..he,,! Apa mungkin karena banyaknya barang elektonika asal negeri Matahari terbit itu..? entahlah.

Dengan Motor legenda yg berkecepatan sedang, lima belas menit kemudian sampailah saya di bilangan Nagoya, tapi belum tahu di mana Hotel Lovina Inn dimana Didik menginap malam ini.

Yang saya tahu hotel-hotel besar seperti Hotel Nagoya plaza, Panorama Regency, Novotel dan lainnya. Untuk Lovina Inn saya belum tahu, saya pun kontak Didik dan setelah dikasih tahu patokannya akhirnya saya pun dapat menemukannya, yaitu di deretan Lucky Plaza di belakang ruko ruko depan Nagoya Plaza.

Saya lihat rupanya hotel ini kecil saja, sekilas berkelas hotel melati. Saya pun langsung parkirkan motor Legenda saya di pinggir jalan, maklum hotel ini tidak ada tempat parkirnya, karena samping kiri kanan hotel ini adalah deretan ruko semata.

Hotel Lovina Inn pada malam hari ( foto koleksi pribadi)


Hotel ini berdinding kaca tebal di bagian depannya, jadi ruangan loby depan kelihatan sangat jelas dan siapa saja yang ada di dalam walaupun diterangi oleh lampu yg redup temaram. Baru saja saya menginjakkan kaki di serambi hotel muncullah seseorang yang tak terasa asing bagi saya, yang seumuran saya. Ya.. dialah Didik. Didik Kurniawan, Didik Banyak kami menyebutnya dulu, Kawan lama saya kawan SMP. Dia keluar Hotel dan langsung menyambut saya. Kesan pertama ketika saya bertemu Didik untuk pertama kalinya sangat berbeda dengan saat saat kami di SMP dulu, dia lebih ramah, dewasa dan berwibawa,  karena watu SMP dulu kalau kami bertemu isinya hanya saling Olok olok saja, seperti memanggil satu sama lain dengan nama bapaknya. Tapi malam ini sangat berbeda, dia seperti Boss, dia lebih kalem tidak seperti saya yang suka meledak ledak kalau ngomong hahaha..

Rambutnya agak panjang sedikit melewati tengkuk, tetapi yang depan agak tipis, dengan memakai kacamata bening berbingakai hitam dan memakai kaos semacam kaos Polo tapi entah apa mereknya saya lupa…dengan memakai celana pendek selutut lazimnya para pelaut yang sering saya temui. Dengan memakai sandal sejenis sandal gunung hitam ,dengan menenteng gadjet di tangan kirinya dan rokok dijepit di jari tangan kanannya.

Setelah bertemu kamipun langsung bersalaman agak lama dengan sedikit diguncangkan layaknya para kepala Negara kalau sedang bertemu hehehe..

“ Wiss…. Didik yo, yo opo kabare’ rek? , sukses saiki yo hehehe…” kata saya membuka pembicaraan

“ Ngene waelah Es( Maes adalah panggilan saya di kampung), biasa wae’” jawab Didik sambil merendah,

Dengan diiringi tawa kami bersama layaknya kawan yang bertemu tiap hari, padahal kami tak pernah bertemu semenjak sama sama lulus SMP tahun 1996. Saya pun di persilakan Didik untuk masuk keruang Lobby Hotel, dan kami pun duduk di masing- masing kursi tinggi yang bisa berputar pada porosnya, yang lokasinya dekat dengan bartender tempat pelayan hotel menyediakan minum untuk para tamu hotel.

“ Ngombe’ opo Es..? “ Tanya Didik menawarkan minuman pada saya.

“ Sing halal wae’ Dik” jawab saya sambil disambut tawa kami bersama.

“ Iyolah …aku yo ora ngombe sing minuman-minuman koyok ngunu iku, hahaha..Jawab Didik sambil tertawa renyah.

Setelah Didik pesan, maka sebentar kemudian pelayan pun keluar dengan membawakan dua gelas Milo cokelat besar yang masih hangat. Setelah ditaruh depan kami, setelah Didik menawarkan, saya pun langsung meminumnya,  begitu juga Didik.

“ Piye piye kok iso awakmu sampek nang Batam ? yo opo ceritane’?” Tanya saya pada Didik.

“ Yo… ngene iki lah Es paling permainan agenku, asline aku iso wae muleh langsung Singapura

–Suroboyo utowo Kuala Lumpur –Suroboyo, sing ngatur agenku yo ngene iki di olor- olor kongkon

nginep disek nang Batam, baru menesuk terbang nang Suroboyo, biasa agen yo pingin oleh duwit  hehe…” jawab Didik lebar.

“ Iyolah bagi-bagi karo liyane, itung itung sodaqoh he..he..” timpal saya .

“Lha Dirimu kok sampek terdampar nang Batam kene yo opo ceritane’? Tanya Didik.

“ Wah dowo ceritane Dik, suwengi ora kelar waktune’ nggo cerito..” jawab saya.

Maka saya pun bercerita ikhwal saya datang ke Pulau kecil ini hingga bertahan sampai sekarang .

“Wis mantab,mantab” tutup Didik.

“Mantab opo Dik? uripku yon ngene-ngene wae ha..ha..ha..” jawab saya.

Bersamaan dengan itu, Milo yang kami minumpun sudah habis dan Didik pun mengajak saya untuk mengobrol di luar Hotel, setelah minuman di bayar ke penjaga bartender kami pun keluar dengan mengendarai motor legenda tua saya yang legendaris ini. Saya bonceng Didik keliling Nagoya demi mencari tempat nongkrong yang enak dan nyaman.

“ Nggok endhi Es ono nggon enak nggo mangan mangan nang kene? “ Tanya Didik pada saya.

“ Nang kene akeh nggon mangan mangan tapi sing enak ora weruh aku, masalahe jarang aku

mangan nang kene he..he..” imbuh saya.

Kami pun masih putar putar area Nagoya ini, karena belum menemukan, akhirnya Didik berujar

“ Es ketoke nag ngarep Hotel Nagoya Plaza, samping dalan mlebu nang Nagoya Hill iku aku tau

weruh, seafood ketoke’…mrunu wae lah”.

Dan saya pun mengiyakan dan mengarahkan motor saya ke tempat tersebut. Sesampai di tempat yang di maksud saya pun cari tempat parkir, namun tidak saya temukan ruang kosong sekalipun, semuanya telah di parkir mobil berjajar jajar dan dengan terpaksa Legenda saya saya parkir di sela-sela mobil-mobil tersebut tepat diatas genangan air yang ada di pinggir jalan ini. Akhirnya kami pun dapat salah satu kedai Seafood pinggir jalan depan Nagoya Hill ini.

Gerai makanan samping hotel Nagoya Plasa ( foto koleksi pribadi)


Hotel Nagoya Plaza ( foto koleksi pribadi)



“Mangan opo Es?” Tanya Didik .

“Wis ora usah Dik, ra usah repot-repot, aku wis mangan maeng, ngombe wae lah” Jawab saya pada

Didik, Padahal saya tadi belum makan hihihi…!

“ Ngombe? maeng kan wis ngombe nang Hotel,! mangan opo? Kerang, kepiting, ikan kakap, opo

Kerapu?” Tawar Didik pada saya.

“ Ora usah Dik , ayam wae cukup” jawab saya.

“ Arghhhh …ayam maneh, ayam maneh, ora bosen tah..?” sergah Didik.

“ Bang tolong satu sotong goreng tepung, dua ikan kerapu, ikan kakap, cah kangkung, saus tiram

…tambah sup tomyam dua” Order Didik pada pelayan Seafood tersebut.

“ Wis Dik ora usah akeh-akeh” Tolak saya pelan.

“ Ngombene opo Es?” Tanya Didik pada saya.

“Teh O wae” jawab saya.

“ minumnya the O dua bang” sahut Didik pada pelayan.

( teh O adalah Teh panas, sedang teh Obeng adalah Es teh, sebutan minuman teh untuk wilayah

Kepri,)

“ Ahhh…ora popo..kapan maneh reunian karo konco lawas he..he..” jawab Didik sambil tersenyum.

Sembari menunggu pesanan kami selesai, kamipun melanjutkan percakapan kami, dengan banyak hal, kami berdua bercerita. Didik menceritakan tentang pekerjaaannya, yang mana ia sekarang bekerja di sebuah perusahaan Singapura, perusahaan perkapalan yang mensupport tentang segala macam pekerjaan di laut, salah satunya pengeboran minyak lepas pantai, dia menceritakan pengalaman pengalamannya di laut, bagaimana ia dituntut bekerja dengan penuh tanggung jawab,  teliti juga tepat dalam mengambil keputusan, bagaimana menghandel anak buah yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Bagaimana menyelesaikan pekerjaan paper work(administrasi) kelautan bahkan keuangan sekalipun.

Sembari bercerita kamipun menyantap makanan yang baru di siapakan pelayan Seafood tadi, karena sejak sore tadi saya belum makan, maka saya pun makan makanan yang di depan saya dengan lahap sambil sesekali mengiyakan apa apa yang di ceriterakan Didik pada saya he..he..!

Saya lihat Didik makan ala kadarnya, mungkin makanan seperti ini adalah biasa baginya, kalau bagi saya agak luar biasa karena jarang makan-makan beginian kalau tidak acara –acara tertentu, seperti Anniversary Perusahaan atau acara acara lainnya..he..he..

“Kerja di kapal kan jarang pulang tuh…gimana gak kangen anak istri ta..?” Tanya saya menyambung

cerita

“Kangen juga sih…Cuma sak iki kan jaman wis canggih , tinggal buka Skype, wis iso ngobrol lan

bertatap muka karo wong omah” jawab Didik.

Didik pun cerita kalau dia sering pulang kalau tidak melaut, biasanya pulang tiap tiga bulan sekali, kadang enam bulan, kadang tak pasti.

“Enak sekali”, gumam saya dalam hati, jangankan enam bulan sekali setahun sekali saja saya belum tentu, saya pun menanyakan padanya dia bagaimana bisa bekerja seperti dia?. Diapun menerangkan, bahwa yang jelas sekolah pelayaran sudah pasti untuk dapat sertifikasi, itulah yang terpenting dalam dunia pelayaran.

Dia pun pernah ke Afrika saat ada piala Dunia di sana, tapi sayang tidak bisa melihat karena tugasnya  sangat penting yaitu mengantar pesanan kapal ke salah satu Negara di Afrika sana, dan yang jelas hal yang mengkhawatirkan adalah ketika lewat laut Somalia, karena saat itu sedang bahaya bahayanya perompakan, tapi semuanya lancar tanpa gangguan yang berarti.

Dan tak jarang dia kalau di kapal sering diminta kawan kawannya untuk jadi imam juga jadi khotib bila ada Juma’tan. Jadi dia mengatakan tidak semua pelaut itu buruk,suka minum minuman keras, main wanita dan lain sebagainya, memang ada seperti itu tetapi tidak sedikit juga tidak banyak.

“ Tapi kita tidak tergolong yang seperti itu hehe..” ujar Didik .

“ Aku tau weruh nang facebook awakmu photo photo nang Menara Petronas, kuala Lumpur , lapo

nang kono..?” Tanya Didik pada saya.

“ Ohh..iku waktu aku ndelok bal balan final Piala AFF tahun 2010, Indonesia lawan Malaysia , sekalian mlaku mlaku, sekali kali dadi turis he..he..” jawab saya.

“Iyo lah, kapan maneh, kok ora mampir aku kan ngantor nang Gedung Petronas kuwi?” Tanya Didik.

"Aku yo wis tau mlebu kunu, isine mung Mall wae, lagian aku yo ora weruh nek awakmu nang kunu” jawab saya.

“ Lha rencanamu kedepan yo opo Dik?” Tanya saya .

“ Aku sih wis bosen kerjo nang laut terus, aku pingin kuliah maneh, ngambil S2, kepingin kerjo nang

Bea Cukai, aku salut karo arek –arek, berhasil kabeh dadi pegawai koyok Nisak, Wanto, Asep  lan liyane” sambung Didik.

“ Lha awakmu kan yo berhasil Dik?” sambung saya.

“Gak lah, wong ngene ngene wae’, wis adoh keluarga, pingine’ cedak “ jawab Didik.

“ Kabeh kan wis ono garise Dik, yo teko di tekuni wae” timpal saya sok bijaksana.

Maka Didik pun bercerita dengan panjang lebar, mengalir begitu saja, bagaimana ia bisa punya istri dan punya anak-anak yang lucu, dan bagaimana ia bisa sekolah Pelayaran di Semarang, semua dia ceritakan. Bagaimana seluk beluk sekolah di Pelayaran ini ia diajar secara militer, bahkan berantempun (baca= bela diri) ia diajari, kadang saya lihat Didik tertawa kalau ingat pengalamannya di sekolah pelayarannya itu.

“ Aku yo kaget pas pertama ndelok Facebookmu, lho bojomu kok wong liyo, kok duduk sing iko hehe ?” Tanya saya sambil bergurau.

“Oh dowo iku ceritane Es, ngene awale’”….ungkap Didik mengawali kisahnya.

Didikpun menceritakan kenapa dia harus putus dengan doinya dulu. ( maaf kawan-kawan yang ini off the record ya!). Dan diapun menceritakan kisahnya kenapa harus pindah sekolah dari SMA nya di Kesamben kesekolahnya yang baru di Mojoagung dan lain sebagainya.

Cerita demi cerita mengalir begitu saja, layaknya saya adalah kawan dekatnya walaupun begitu saya sebagai kawan yang lama tak pernah bertemu memposisikan sebagai kawan yang jujur dan dapat dipercaya .

Kadang saya juga bercerita tentang diri saya, keluarga dan kehidupan saya, dan banyak hal tentang kehidupan ini.

Tak terasa malam semakin larut, makanan yang di order Didik tadi sudah tandas semua. walaupun menjelang jam satu dini hari kawasan Nagoya ini masih ramai saja.

“ Wis bengi Es, mengko bojomu melak melik dewe nang omah” ungkap Didik.

“ Ora lah paling wis turu, polane aku yo sering muleh bengi” jawab saya .

“ Bang tolong bungkusin ikan kerapu satu, untuk abang baik saya ini…” teriak Didik ke penjual

seafood sambil menunjuk saya.

“ Wis Dik, wis akeh aku mangan iki.., mosok sampek mbungkus juga..?” sergah saya.

“ Ora opo-opo kanggo bojomu nang omah, lagi hamil tho? Wis digowo wae” kata Didik memaksa.

meja meja tempat kami ngobrol saat itu( foto koleksi pribadi)



Maka Didik pun membawakan sebungkus ikan kerapu matang untuk oleh oleh buat istri saya dirumah, belum sempat saya beranjak dari tempat duduk Didikpun menyelipkan beberapa lembar uang ringgit kekantong celana saya .

“Opo iki Dik…? Tanya saya pura-pura tak tahu.

“wiss ora opo-opo “ jawab Didik.

“Ora Dik, wis Mbungkus iki…!” jawab saya.

Maka dengan terpaksa sayapun menerima pemberiannya.

“ Aku koen sambangi nang Batam kene aku wis seneng kok” ujar saya.

“ Aku yo luweh seneng kon kancani ngobrol bengi iki” jawab Didik disambung dengan tertawa kami bersama.

Dan saya pun ucapkan terima kasih padanya atas semua kemurahan hatinya, dan saya pun mengantar Didik kembali ke Hotelnya,  Lovina Inn dimana ia bermalam hari ini, sesampai di Hotel kamipun bersalaman dengan harapan bisa bertemu kembali di lain waktu dan saling mendoakan semoga segala urusan kami semua lancar, selamat dan sukses di masa masa mendatang.

Alhamdulillah hari ini bisa reunian, walaupun dengan satu orang kawan saja, reuni kecil kecilan, bersamaan dengan itu sayapun memutar Legenda saya untuk meninggalkan hiruk pikuk Nagoya yang mulai merambat dini hari.

Didik yang saya kenal dahulu dan sekarang sangat berbeda. Kalau dulu kami tidak begitu akrab, tetapi barusan kami merasa sangat akrab seperti dua orang yang kemana mana selalu berdua, karena dulu sewaktu masih SMP, kami sering bikin grup grup atau gerombolan gerombolan sendiri,

seingat saya dulu Didik segrup dengan Asep, Khomsin dan lainnya, Sadi dengan Sapuan, Nurwaji, Didik Embah, Suwono Dll. Nisak, Agustin Neni Dkk, kalau saya dengan Ilyas Rukan, Khusnun Amin Dll, dan tak lebih kalau kami bertemu saling mengolok olok dengan memanggil nama ayah masing masing, lucu memang kalau ingat saat itu.

Dan malam ini kami layaknya kawan akrab yang setiap hari selalu bersama sama padahal kami tidak pernah bertemu selama hampir 15 tahunan lamanya. Mungkin ungkapan jauh dimata dekat dihati sangat pas dengan pertemuan kami malam ini he..he..he..

Tak terasa saya sudah sampai di Mukakuning dimana saya tinggal, sayapun langsung pulang, sekitar
jam setengah dua dinihari saya sampai rumah, didalam rumah kelihatan senyap, istri saya sudah tidur rupanya, karena bunyi pintu terbuka, istri sayapun bangun, diapun menanyakan tentang pertemuan saya dengan Didik. Dan sayapun ceritakan pertemuan kami baru saja.

Sambil mendengarkan cerita, istri sayapun memakan ikan oleh oleh dari Didik tersebut.

“ Wah baik sekali Didik ya Yah?, sudah membawakan oleh oleh ikan kerapu, masih juga dia ngasih

uang pula” ungkap istri saya.

“ Iya …kita do’akan supaya dia selamat, dan bisa bertemu lagi di lain kesempatan” jawab saya

“ Aminnn....Iya yah, semoga bisa bertemu lagi kedepan” timpal istri saya

“ semoga saja.!!…” tambah saya

“ Yah..Yah,,lihat perut Mama, bergerak gerak Dedek bayi kita juga menikmati ikan pemberian

Didik..!” celoteh istri saya yang sedang hamil tua ini, di ikuti tawa kecil kami.



Batam, 28 Agustus 2015


Semenjak pertemuan kami empat tahun silam saya sudah jarang kontak atau sms Didik lagi, karena nomernya yang buat telpon saya saat itu sudah tidak aktif lagi, sayapun pantau di facebook dan diapun jarang sekali muncul, baik di wall atau grup SMP kami sekalipun, dan tahu tahu dari Grup BBm, kawan kawan mengabarkan kalau Didik sedang sakit, disana juga di perlihatkan Foto Didik dengan beberapa kawan SMAnya yang sedang menjenguknya, dan keadaan di foto itu sungguh sangat berbeda dengan waktu kami berdua bertemu 4 tahun silam ketika dia masih sehat, saya pun tak perlu menggambarkan keadaan Didik saat sakit karena kawan-kawan semua pastinya sudah tahu.

Sayapun ceritakan keadaan Didik yang sakit ini kepada istri saya, dan kami sekeluargapun mendo’akan supaya Didik lekas sembuh.

Dan kabar lebih mengejutkan kembali kami terima sekitar awal Mei 2015, juga dari grup SMP kami di Facebook, bahwa Didik telah meninggal dunia di Pasuruan, ucapan bela sungkawa pun berdatangan di dalam Grup kami baik di Facebook juga di BBM SMP kami, semua kawan kawan yang bersimpati mendo’akan supaya amal amal baik Didik diterima oleh-Nya, dan berd’a agar keluarga yang ditinggalkan menjadi lebih sabar dan tabah, tak terkecuali kami yang di Batam juga mendo’kan hal yang sama.

Dan harapan kami saat Didik berkunjung ke Batam empat tahun silam, bisa berkunjung lagi kesini tak akan terealisasi lagi , kawan kami telah pergi , ya pergi mendahului kami untuk menghadap Sang Pencipta.

Kawan kawan SMPN I Sumobito yang budiman, siapapun orangnya yang telah mendahului kita, Didikkah, Purwanto Sedamar kah, Sukarno Hariadi (Sikomo) kah, Hasan Bisri kah atau yang lainnya bisa menjadikan kita lebih mendekatkan diri kepada Alloh.

Kematian adalah sesuatu yang memisahkan kita dari kesenangan dunia, memisahkan dari keluarga yang kita sayangi, dari harta yang kita cintai dan kenikmatan kenikmatan dunia lainnya, “ Kullu Nafsin Dzaikotul maut” semua yang berjiwa pasti akan mati, seperti itulah redaksinya yang saya ingat, tak perduli apakah itu binatang, manusia atau jin sekalipun. Pertanyaanya, sudah siapkah kita dalam menyambut kematian….?

Siap tidak siap, kita harus siap, Rasul mengatakan” orang yang pandai adalah yang paling ingat akan kematian “ , artinya orang yang semacam ini akan selalu berhati hati untuk tidak berbuat dosa dan selalu bersegera menjalankan amal yang berpahala, sebab ia selau berusaha agar mati dalam keadaan Husnul Khotimah( Akhir yang baik) dan menjauhi Su’ul Khotimah( Akhir yang buruk).

Dan kita tahu Alloh tak kan menguji hambaNya diluar kemapuan kita, Rosul Muhammad berkata” Tiada seorang Muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu kecuali Alloh mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa”.

Semoga istri dan juga keluarga Almarhum Didik diberi kesabaran yang lebih dan juga semoga anak anaknya nanti menjadi anak yang solehah dan cerdas seperti harapan ayahnya.

Demikainlah tulisan ini saya buat demi mengenang kebaikan kawan kita Didik Kurniawan yang telah berpulang kepadaNYA. Sekiranya ada hal hal yang kurang berkenan dalam tulisan ini saya meminta maaf yang sebesar besarnya.

Kapten Didik Kurniawan (kredit pic: fb Didik kurniawan)

Kapten Didik bersama kedua anaknya (kredit pic: fb Didik kurniawan)



catatan:

Cerita ini saya tulis untuk pertama kali pada 28 Agustus 2011 dan saya post diblog pribadi saya baru baru ini atas persetujuan kakak almarhum.




wassalam


Batam, 31 Desember 2019 dini hari 























Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.