Header Ads

Bincang Santai Tentang Sejarah MMQ Bersama Ustadz Miftahul Huda

Pembaca yang budiman beberapa hari yang lalu tepatnya sabtu, 3 Desember 2016 saya berkesempatan berbincang-bincang santai dengan Bapak Ustadz Miftahul Huda selaku pengasuh Pondok Pesantren MMQ Jet Tempur kota Batam di kediaman beliau di Kampung Selayang Mukakuning Batam. Dalam perbincangan ini saya berkesempatan sedikit bertanya tentang sejarah berdirinya Ponpes MMQ di Pulau Batam ini, berikut petikan bincang-bincang kami saat itu:

Pak Huda dalam acara rihlah dan baksos tahun 2012( gambar oleh Kangmas Sugiarto)



Fauzi : 
Assalamu’alaikum, bagaimana kabar bapak dan keluarga siang ini?
Pak Huda : 
Waalaikumsalam Alhamdulillah baik Mas Fauzi


Fauzi : 
Sebelumnya saya meminta maaf atas ketidak sopanannnya, menyita waktu istirahat bapak siang ini, maksud dan tujuan saya kesini hanya ingin mengetahui sejarah berdirinya MMQ ini dari bapak secara detail, karena saya sampai saat ini tahu sejarah pondok ini hanya sekilas saja, karena bapak sendiri adalah pengasuh yang terlama disini…
Pak Huda : 
Oh tidak apa-apa Mas Fauzi, silakan…


Fauzi : 
Terima kasih atas kemurahan hatinya, langsung saja pak, bagaimana asal muasal pertama kalinya kok ada kegiatan mengaji MMQ disini?
Pak Huda : 
Setahu saya ya..! karena saya bukan yang pertama disini. Mulainya itu dari pengajian-pengajian yang ada di dormitory-dormitory dan majelis ta’lim-majelis ta’lim yang ada, akhirnya ditawarkan pengajaran metode a ba ta ala Jet Tempur, ternyata respon dan antusiasmenya sangat bagus sehingga kita ajarkanlah metode mengaji itu disini.

Fauzi : 
Berarti sebelum Pak Huda kesini sudah adakah yang mengajar? Dan siapa sajakah itu?
Pak Huda : 
Ada, kalau yang dari sini adalah Pak Mukhlisin, kalau dari Lirboyo Kediri ada dua yaitu Ustadz Lukman Teguh dari Yogyakarta dan Ustadz Muhamad Yusuf dari Semarang.

Fauzi : 
Itu langsung kesini atau bagaiman pak?
Pak Huda : 
Tidak, itu tidak langsung kesini, itu berawal dari Pak Mukhlisin. Pak Mukhlisin dulu pernah ikut seminar Jet Tempur pada Muktamar NU di Jawa, beliau beranggapan Jet Tempur ini kok bagus dengan Rostm Usmaninya, sehingga dicoba disini, di dormitory-dormitory dan antusiasnya bagus shingga beliau meminta ijin dan restu ke Kyai Maftuh Basthul Birri untuk membuat pengajian ala Jet Tempur disini.

Fauzi : 
Apakah Ustadz Mukhlisin alumni Lirboyo Kediri dan Yanbu’a Kudus?
Pak Huda : 
Bukan, beliau bukanlah alumni Lirboyo juga bukan alumni Yanbu’a Kudus, beliau adalah orang yang meminta ijin saja ke Lirboyo untuk membuat pengajian MMQ disini.

Fauzi :
 Awalnya di dormitory-dormitory, dimana sajakah itu pak?
Pak Huda : 
Banyak, di Blok P, Blok R dan mushola-mushola. Makanya ketika Pak Mukhlisin meminta ijin ke Lirboyo untuk mendirikan itu, beliau Kyai Maftuh mengirim dua utusan untuk survey kesini, yaitu Pak Miftahurrohim dan Pak Hanafi, setelah survey selesai baru Kyai Maftuh mengutus dua ustadz kesini yaitu Pak Lukman Teguh dan Pak Muhamad Yusuf tadi. Setelah dua ustadz itu dikirim kesini ternyata antusiasnya bagus, akhirnya Kyai Maftuh diundang kesini untuk meresmikan MMQ, pada tahun 2001. Baru saya dikirim kesini pada agustus 2002. Dan seiring berjalannya waktu Pak Mukhlisin “ menyatakan keluar” dari MMQ karena beliau mau fokus dalam berbisnis. Setelah itu berturut turut disini dikirim para ustadz antara lain:

Ustadz Mitahurrohim dari Kediri
Ustadz Ja’far Sidiq dari Kediri
Ustadz Bashori Alwi dari Blitar
Ustadz Abdussalam dari Semarang
Ustadz Haji Hafidzin dari Demak
Ustadz Ali Basthomi dari Kediri
Ustadz Imam Masrukhin dari Cilacap
Ustadz Nur Hafidz dari Demak
Ustadz Hidayat dari Cirebon
Ustadz Agus Maghfur dari Blora
Ustadz Saifurrohman dari Madura
Ustadz Mustajab dari Lombok,
Ustadz Imam Hasan Asy’ari dari Kendal
Usatadz Athoilah Al Fanjany dari Malang
Ustadz Agus Muchlis dari Trenggalek

Fauzi : 
Bagaimana awal ceritanya pak, MMQ bisa bertempat di Kampung Selayang ini?
Pak Huda : 
Dulu MMQ ini di Mushola Blok R, ada masyarakat sini yang meminta biar kampung Selayang yang konon tempat tak jelas , sebagai sarang preman dan sebagainya biar menjadi bagus dengan adanya kegiatan keagamaan.

Fauzi : 
Saat itu ruli kan terkenal dengan sarang preman dan lainnya, adakah kendala saat itu dengan adanya MMQ disini?
Pak Huda : 
Tidak ada, semua baik-baik saja.


Fauzi : 
Apakah awal pembangunan MMQ disini dapat sumbangan dari donatur atau instansi tertentu?
Pak Huda : 
Tidak ada, yang jelas MMQ bisa membangun itu setelah organisasi tertata dengan rapi, kita dana murni dari iuran dan infaq santri . itu sebagian untuk usatdznya, sebagian untuk pembangunan, sebagian untuk bayar listrik dan biaya operasional lainnya. Dan Alhamdulillah madrasah kita bisa terlihat seperti sekarang karena iuran itu, tanpa minta kemana mana. Aslinya beliau Kyai Maftuh sendiri dawuh “ Kalau minta sumbangan jangan, kalau diberi ya tetap kita terima”.


Fauzi : 
Jadi siapa pak yang berinisiatif dan juga berjasa supaya MMQ ada di kampung
Selayang ini?
Pak Huda : 
Bapak Zaid yang berjasa dan berinisiatif pertama kalinya, bahkan Pak Zaid menyumbangkan tanahnya untuk dipakai untuk pembangunan gedung madrasah kita ini, rumah kostnya dibawah juga tanah diatas itulah yang di disumbangkan beliau untuk MMQ.


Fauzi : 
Sebagai apa Pak Zaid disini?
Pak Huda : 
Beliau adalah tokoh masyarakat disini, beliaulah yang banyak berjasa pada MMQ, walaupun pada waktu itu ada juga beberapa yang berjasa seperti Pak Adi, RT, RW dan masyarakat lainnya yang mendukung dan berjasa dengan adanya MMQ ini.


Fauzi : 
Saat itu siapa sajakah pengurus yang lama pak?
Pak Huda : 
Ada banyak, sebelum Rozikin itu Devianto, sebelum Devianto itu Aidil Kurnia dari PT.AIT, sekertarisnya seingat saya Mba Dwi Wulandari kalau tak salah.


Fauzi : 
Masih adakah pengurus-pengurus lama itu disini pak?
Pak Huda : 
Masih, kadang-kadang mereka kesini.


Fauzi : 
Sampai mengurus Akta ke notaris apa maksud, tujuan dan kapan itu pak?
Pak Huda : 
Sekitar tahun 2002 kita mengurus itu. Dahulu kita dikasih tahu penduduk sinibahwa untuk bikin apa-apa disini harus ada payung hukumnya. Kita dahulu di pondok pesantren mana tahu hal-hal begituan. Katanya disini harus mengurus yayasan untuk legalisasi dan payung hukumnya. Sehingga kita mengurus yayasan walaupun pertama kali kita terkendala, karena usul pertama kali, pembinanya bukan saya, yaitu pak Miftahurrohim, cuma karena pak Miftahurrohim pulang kampung bagaimana lagi? Akhirnya yang menggantikannya saat itu adalah saya.


Fauzi : 
Mungkin salah satunya untuk menghindari kalau kita nanti dituduh aliran sesat dan sebagainya, seperti itukah?
Pak Huda : 
Ya, semacam itulah..!


Fauzi : 
Jadi proses pengurusan itu seperti apa pak?
Pak Huda : 
Kita ke notaris akhirnya kita mengurus sebuah yayasan, pada waktu itu kita membayar empat juta dan itu murni tujuannya hanya untuk legalisasi dan payung hukum saja. Walaupun saat itu ada yang mempolitisir ke pusat bahwa MMQ sini katanya mau memisahkan diri, sebenarnya tidak ada niatan seperti itu. Sekali lagi niatnya murni hanya untuk payung hukum saja.


Fauzi : 
Kalau boleh dibilang MMQ resmi berdiri sama dengan tanggal pengurusan akta notaris itu pak?
Pak Huda : 
Beda, aslinya 21 juli 2001 MMQ resmi berdiri, itu diresmikan beliau pada tanggal tersebut, itu seingat saya. Kemudian saya kesini agustus tahun 2002.


Fauzi : 
Ustadz Lukman Teguh dan Ustadz Yusuf mengajar disini berapa lama itu pak?
Pak Huda : 
Mereka disini tidak lama cuma beberapa bulan saja tidak ada setahun, baru setelah itu dikirmlah saya sendiri kesini.


Fauzi : 
MMQ sekarang membangun gedung baru di Bagan Piayu, apakah maksud dan tujuannya pak?
Pak Huda : 
MMQ disinikan tanahnya masih ruli(rumah liar/tidak resmi) sedangkan kita inginnya MMQ bisa berjalan terus sehingga kita mengajukan ke BP kawasan(Otorita Batam) melalui yayasan kita ini, kita mengajukan ke BP Kawasan dan Alhamdulillah kita dapat tanah itu. Apakah itu nanti hanya pondok pesantren saja atau dikembangkan adanya sekolah formal dan lainnya?, begitulah rencana kedepannya.


Fauzi : 
Harapan-harapan bapak untuk MMQ sekarang dan akan datang seperti apa pak?
Pak Huda : 
Kita harapannya tetap dibawah MMQ, dan MMQ Batam itu menjadi sebuah pondok pesantren tahfidzul Qur’an yang nanti bisa mencetak generasi-generasi Qur’ani yang memang betul-betul mumpuni yang bisa Khatam 30 juz. Dan kita pun tetap berusaha karena yang khatam( bilghoib) disinikan belum ada. Karena disini ada yang menghafal selanjutnya meneruskan ke Jawa, karena kita tahu rata-rata disini itukan pekerja, kalau nanti disana(Bagan) harapannnya mulai dari kecil sudah digodok untuk tahfidzul Al Qur’an hingga mumpuni.


Fauzi : 
Kalau Pak Huda sendiri belajar di Lirboyo dari tahun berapa sampai tahun berapa pak?
Pak Huda : 
Saya di Lirboyo dari tahun 1990 s/d tahun 2000, sepuluh tahunanlah. Sebenarnya saya tamat di Lirboyo tahun 1998 setelah itu saya masih di pondok, kadang pulang kadang ke pondok lagi hingga tahun 2000. Setelah dua tahun dirumah baru tahun 2002 saya dikirim ke sini.


Fauzi : 
Menikah Tahun berapa Pak?
Pak Huda : 
Saya menikah Tgl 2 Desember 2003 hari selasa delapan syawal.



Begitulah perbincangan kami saat itu, di akhir-akhir perbincangan, kami berbincang tentang lainnya, selain tentang MMQ, Saya lihat Mas Samsul Huda dan kawan-kawan santri lainnya hendak meneruskan pekerjaan pembuatan tiang untuk pembangunan tambahan rumah pak Huda, saya pun cukupkan bincang-bincang saat itu, setelah mengucapkan terima kasih atas kelonggaran waktunya saya pun pamit dan mohon diri.

Semoga tulisan ini bisa menambah sedikit pengetahuan kita tentang sejarah MMQ di Pulau Batam ini.



Wassalam


Batam, 3 Desember 2016



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.